Judul Breakthrough #1 dan yang selanjutnya, merupakan kutipan dari buku Breakthrough karya Muk Kuang, seorang Public Speaker dan Motivator Indonesia. Sebagaimana judulnya, buku ini berisi tentang makna kehidupan yang tidak boleh kita sia-siakan dengan kemalasan, frustasi, kekecewaan, dan yang lainnya. Untuk #1 ini, akan dikutip dari bab Pendahuluan dalam buku tersebut.
Di kalimat awalan, seorang pepatah mengatakan:
Kutipan pepatah diatas seharusnya sudah bisa ‘menyentil’ kita. Kalau diartikan ke dalam bahasa sehari-hari, kurang lebih maknanya seperti ini:
“Kita menginginkan perubahan hidup. Karier yang berkembang, kebutuhan finansial yang bertambah, prestasi yang disanjung. Akan tetapi kita masih terjebak dalam kebiasaan-kebiasaan lama yang selalu kita lakukan”
Dari situ langsung terlintas. Oh, wajar ya. Resolusi di tahun lalu adalah A,B,C. Resolusi di tahun selanjutnya ternyata masih A,B,C. Mungkin karena sentilan itu. Kita banyak berencana namun masih menggunakan cara-cara lama.
Namun kenapa masih ada orang yang optimis meraih cita-cita nya, terus bekerja keras, alhasil kesulitan hidupnya seolah tidak ada?
Itu karena mereka mau membuat: Breakthrough!
Apa maksudnya? Ya. Terobosan
Keberhasilan terjadi karena pribadi-pribadi yang memang berkomitmen melakukan terobosan.
Komitmen? Kenapa buku ini menggunakan istilah komitmen?
Karena dengan menggunakan istilah “komitmen”, semangatnya tentu berbeda daripada sekedar “mau”
Banyak orang “mau” kehidupan yang lebih baik, tetapi hanya sebagian yang memang memiliki komitmen.
Sesuatu harus dimulai dengan:
Mental Breakthrough (Terobosan mental), Mindset Breakthrough (Terobosan berpikir), dan Attitude Breaktrough (Terobosan Sikap).
Banyak orang yang hanya melihat hasil akhir dari kesuksesan seseorang. Jangan heran dan jangan juga iri.
PR kita adalah pelajari terobosan yang mereka lakukan. Bagaimana mental kerjanya, bagaimana cara berpikirnya, bagaimana sikapnya dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.
Intinya, Ini semua tergantung pilihan hidup. Ada yang berusaha mengembangkannya, tapi ada juga yang hanya cukup tau dan berdiam diri.
Akhir kata, mengutip apa yang ditulis John Maxwell:
“God’s gift to us: potential, our gift to God: developing it”