
Tangerang Selatan — Duta Damai BNPT RI Provinsi DKI Jakarta menghadiri peluncuran film dokumenter “Namaku Perempuan” yang diselenggarakan oleh Fatayat NU Jawa Barat bersama islami.co di Outlier Cafe, pada Rabu (19/11/2025). Acara ini dihadiri sekitar 40 peserta dari berbagai media, organisasi, hingga komunitas penggerak isu perdamaian.
Film dokumenter “Namaku Perempuan” mengangkat kisah 10 perempuan penjaga perdamaian dari berbagai daerah di Indonesia. Film ini diadaptasi dari buku “Perempuan-Perempuan Penggerak Perdamaian” (2024) yang memuat 29 kisah perempuan yang berkontribusi dalam penguatan toleransi, penyelesaian konflik, dan pembangunan ruang sosial yang damai. Berbeda dengan dokumenter pada umumnya, proses produksi film ini bersifat partisipatif berdasarkan kehidupan dan pengalaman yang mereka rasakan sehingga menghasilkan dokumentasi yang otentik, humanis, dan personal.

Program Manager JISRA Fatayat NU Jawa Barat, Neneng Yanti Khozanatu Lahpan menjelaskan, bahwa film “Namaku Perempuan” lahir dari proses panjang dan kebutuhan mendesak untuk menghadirkan dokumentasi visual mengenai peran perempuan dalam isu kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB).
“Film ini kami inisiasi karena perlu ada dokumentasi visual yang bisa menjangkau lebih banyak orang. Setelah menerbitkan buku Perempuan-Perempuan Penggerak Perdamaian pada Desember 2024, kami merasa kisah-kisah ini harus dihidupkan kembali melalui medium yang lebih dekat dengan publik,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa visual memudahkan pesan perdamaian untuk menyebar lebih luas. “Orang lebih mudah terhubung dengan cerita yang divisualisasikan. Karena itu, Fatayat NU ingin mendokumentasikan perjuangan perempuan agar kisah mereka terdengar, diingat, dan bisa menginspirasi.” tegasnya.
Koordinator Duta Damai Jakarta, Silvi Dwi Yanti turut menyampaikan apresiasinya terhadap peluncuran film ini sebagai medium edukasi dan refleksi bagi masyarakat, khususnya generasi muda.
“Film ini menunjukkan bahwa upaya merawat perdamaian tidak harus berangkat dari panggung besar atau inisiatif yang rumit. Perempuan-perempuan dalam film ini mengajarkan bahwa dialog, empati, dan keberanian mengambil peran di lingkungan terdekat adalah pondasi penting bagi perdamaian,” ungkap Silvi.
Ia menambahkan bahwa kehadiran Duta Damai Jakarta dalam kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen kolaboratif untuk memperkuat nilai toleransi dan mendorong ruang-ruang interaksi yang inklusif. Menurutnya, dokumenter semacam ini memiliki kekuatan untuk menginspirasi anak muda agar lebih peduli terhadap isu keberagaman dan terlibat aktif dalam inisiatif perdamaian.
Tidak hanya menggelar nonton bareng, dalam kegiatan ini peserta juga mendapat kesempatan berdiskusi langsung dengan tim produksi dan narasumber terkait proses pembuatan film, tantangan, serta harapan ke depan.
Banyak peserta menilai bahwa “Namaku Perempuan” berhasil menampilkan sisi lain peran perempuan yang jarang terekspos dan mampu membuka perspektif baru mengenai bagaimana perdamaian dibangun dari tindakan sederhana namun bermakna.
Dengan peluncuran film ini, Silvi berharap ke depannya akan semakin banyak ruang yang memberikan pengakuan terhadap kontribusi perempuan sebagai agen perubahan.










