Penyaluran aspirasi yang dilakukan oleh mahasiswa beberapa waktu lalu sempat membuat ramai tak hanya di lapangan, tapi juga media sosial.
Namun, ramainya tagar ini tak membuat Twitter untuk menurunkan trending topoc tersebut. Hal itu diakui langsung, sebab tagar yang muncul tidak membahayakan percakapan publik, sehingga tidak melanggar ketentuan.
Menurut Country Industry Head Twitter Indonesia dan Malaysia, Dwi Adriansah, trending topic tidak ditentukan oleh pihaknya, tapi oleh algoritme. Algoritme kecerdasan buatan ini akan menentukan tagar atau isu kekinian yang sedang menjadi tren.
“Pada dasarnya, Twitter punya aturannya. Trending topic itu dari algoritme. Kita pun tak bisa menurunkan kalau memang tidak membahayakan percakapan publik,” kata Dwi
Ia juga mengakui memang banyak persepsi ketika tiba-tiba tagar tertentu hilang dari daftar trending topic. Hal tersebut karena mungkin saja saat itu sudah tidak banyak lagi orang yang mencuitkan hal tersebut.
“Jadi yang dilihat bukanlah jumlahnya tapi velocity-nya. Seberapa banyak dalam satu waktu tertentu orang menggunakan tagar atau keyword tertentu,” ungkapnya.
Namun, berbeda jika konteks cuitanbya tidak melanggar aturan, Twitter tidak akan membekukan akun.
Hal ini juga berlaku apabila ada satu kata yang kurang pantas namun konteksnya tidak melanggar aturan Twitter. Twitter baru melakukan pembekuan akun atau penurunan tagar ketika kedua hal tersebut melanggar Peraturan Twitter.
“Kita melihat trending topic ini berdasarkan konteks. Kita tidak bisa semata-mata menurunkan karena satu kata yang tidak pantas. Jadi kami tidak menurunkan karena dari konteksnya, tidak melanggar peraturan Twitter. Semua harus berdasarkan konteks,” ungkap dia.
Berdasarkan situs Twitter, trending merupakan mrnjadi wadah sebuah diskusi yang sehat. Dalam hal ini Twitter dapat mencegah konten tersebut menjadi tren.
Dengan demikian, jika tren ini berisi referensi gambar dewasa atau cabul. Menyebarkan ujaran kebencian yang berdasarkan pada ras, suku bangsa, asal negara, orientasi seksual, jenis kelamin, identitas jenis kelamin, kelompok agama, usia, disabilitas, atau penyakit. Maka itu melanggar Peraturan Twitter.
Namun, Twitter juga dapat mempertimbangkan kelayakan suatu konten untuk diberitakan atau jika akun tersebut menyangkut kepentingan publik saat mengevaluasi kemungkinan pelanggaran.