Iring-iringan mobil jenazah disertai konvoi keluarga dan tetangga yang membawa bendera kuning adalah pemandangan yang terlihat di setiap sudut kota setiap harinya. Namun, jika identitas jenazah korban kecelakaan, pembunuhan, atau mayat tidak terdaftar atau diketahui, maka siapa yang bertugas untuk mengangkut mayat tersebut?
Di Jakarta, pekerjaan yang mengangkut mayat tanpa identitas dikenal dengan nama “Palang Hitam” yang beroperasi sejak zaman Belanda yang dikelola oleh pihak swasta dalam bentuk yayasan yang saat ini berada di bawah naungan Dinas Pertamanan dan Pemakaman dengan kantor di Jalan Aipda KS Tubun, Petamburan. Nama Palang Hitam diiambil dari pita hitam yang biasanya disematkan kepada jenazah. Saat ini, anggota Palang Hitam berjumlah 48 orang yang terbagi dalam jadwal tugas dan piket. Tugas mereka antara lain adalah menjemput jenazah yang tidak diketahui identitasnya.
Jika ditemukan korban kecelakaan atau penemuan mayat, tim Palang HItam dihubungi oleh pihak kepolisian, kemudian dibawa ke Rumah Sakit Polri, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, atau ke rumah keluarga korban apabila mayat sudah diidentifikasi. Tetapi, bisa saja pihak keluarga korban tidak menginginkan jenazah diotopsi dan itu merupakan salah satu hambatan tim Palang Hitam.
Jenazah yang ditemukan tidak selalu utuh, beberapa kali tim Palang Hitam mendapati jenazah korban kecelakaan yang organnya sudah berhamburan, mayat yang membusuk, bengkak, dan pecah ketika diangkat. Profesi yang mengerikan bagi orang awam ini memang mengharuskan tim untuk selalu siap sedia.
Selain mengangkut jenazah tanpa identitas, tim Palang Hitam juga bertugas untuk mengurus jenazah dari panti social dan keluarga miskin di rumah sakit milik Pemprov DKI Jakarta. Mulai dari menjemput jenazah, memandikan, membungkus kain kafan, dan menshalatkan bagi yang beragama Islam.
