Apa yang terbesit di telingamu saat mendengar kata “barbar”? Dewasa ini, istilah “barbar” kerap diasosiasikan dengan orang-orang yang tidak beradab atau orang jahat.
Istilah ini berasal dari bahasa Yunani yaitu barbaros, yang digunakan sebagai sebutan untuk orang -orang yang tidak berbahasa Yunani dan tidak melakukan adat istiadat Yunani Kuno kala itu.
Kemudian sikap orang Yunani terhadap orang barbar kian berkembang seiring pertumbuhan kepemilikan budak belian terutama di Athena. Budak belian barbar di Athena ini berasal dari negeri disekitar laut Hitam.
Bahkan Aristoteles menggambarkan orang-orang barbar tersebut memang telah dilahirkan untuk menjadi budak belian.
Lalu seiring perkembangan zaman orang-orang Romawi Kuno menggunakan isitlah tersebut untuk sebutan semua orang-orang asing yang bukan bangsa Romawi.
Meski di masa lalu pengertian barbar sendiri bukan sepenuhnya merujuk ke hal negatif. Namun di masa lebih modern definisi barbar justru semakin berkembang. Kini pengertian barbar memiliki konotasi terhadap sesuatu yang negatif dan tidak beradap.
Jadi sebenarnya siapa yang dianggap orang barbar?
Nah, di antara kalangan masyarakat umum, definisi orang “barbar” menjadi semakin membingungkan. Sebagian orang menganggap Viking sebagai “orang barbar,” meski mereka memiliki teknik pelayaran yang sangat maju.
Bahkan ada beberapa orang menganggap perawatan medis zaman kuno sebagai “barbar” meski masih dipraktikkan hingga sekarang.
Setidaknya bagi orang Yunani kuno, seorang barbar adalah seseorang yang berasal dari luar kota atau tidak berbicara bahasa Yunani dan terlepas dari apakah mereka memiliki sikap baik atau jahat.