Media sosial dan gim online. Dua hal tersebut rupanya masih menjadi ‘musuh besar’ dalam penguatan minat baca dan kemampuan literasi remaja saat ini, termasuk di kalangan siswa SMA.
Hal itu tergambar dalam pengalaman beberapa siswa yang turut hadir dalam pembukaan “Festival Literasi Siswa (FLS) 2019 pada (26/7).
Pengaruh teknologi pun masih menjadi tantangan minat membaca di kalangan pelajar. Akibatnya perkembangan teknologi ini membuat banyak pelajar menyampingkan membaca buku dan memilih bermain gim online.
Walaupun kita tahu banyak pengetahuan juga bisa diperoleh lewat internet, namun banyak siswa lebih tergoda untuk mencari hiburan di dunia online.
Namun tak dipungkiri, dunia online juga turut memberi dampak positif bagi pelajar untuk menunjang pembelajaran. Banyak ilmu yang bisa diperoleh dari internet. Misalnya merakit dan melakukan programming robot.
Selain itu, dampak positifnya adalah tidak jarang guru-guru malah meminta siswanya untuk mencari bahan-bahan tambahan dari internet dan tidak hanya mengandalkan buku cetak pegangan sehingga wawasannya bisa lebih luas.
Hal inilah yang sebelumnya diungkapkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, bahwa dalam menyampaikan literasi perlu dipahami secara lebih luas tidak sekadar bisa membaca, namun juga harus mampu memahami dan menjelaskan hubungan sebab akibat.
Hal tersebut sekaligus mengungkap tantangan sebenarnya dalam penguatan literasi jenjang SMA tidak lagi soal kemampuan baca dan pemahaman saja. Tetapi mendorong literasi tingkat tinggi yang dilakukan melalui perubahan model pembelajaran.
Sehingga siswa diharapkan mampu mengeksplor lewat pembelajaran project, problem solving, kolaborasi bagaimana mengomunikasikan ide atau kompetensi 4C (kemampuan berpikir kreatif, kritis, komunikasi dan kolaborasi)