BerandaInformasiHaruskah Bersyukur?

Haruskah Bersyukur?

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung” QS. Al-Isra: 37

Pernahkah kita berpikir, diberikan waktu banyak untuk menikmati hidup, lingkungan yang mau menerima kita, rezeki yang tak tertukar, kesehatan yang terus mengawal, dan nafas yang masih bisa memberikan udara?

Adalah sebuah kata Syukur yang memang tidak terlupa. Masih sering dilakukan. Namun lebih banyak dilakukan hanya dengan lisan dan perbuatan. Hampir terlupa untuk menyertainya dengan hati dan niat mencari ridho sejati.

Taukah kita, bersyukur itu bisa meningkatkan kebahagiaan hingga 25%. Jadi, kebahagiaan tidak harus selalu dengan menghibur diri lewat me time, dompet harus terkuras hanya karena alasan ingin memanjakan diri. Jangan lupakan momen untuk memberi.

Robert Emmons yang juga editor-in-chief of the Journal of Positive Psychology mengungkap rahasia tentang seberapa penting bersyukur itu.

Hasilnya menunjukkan, banyak bersyukur dan berpikir positif justru dapat membawa pengaruh baik bagi kesehatan, mood, hingga hubungan dengan sekitar.

Ada lagi keuntungan bersyukur yang dijelaskan oleh Emmons, ditinjau dari segi fisik, psikologis dan sosial.

  1. Secara fisik, orang yang banyak bersyukur akan memiliki: sistem kekebalan tubuh yang kuat, kurang terganggu oleh sakit dan nyeri, dapat menurunkan tekanan darah, dan tidur bisa lebih lama dan merasa lebih segar setelah bangun.
  2. Sedang secara psikologis, orang yang banyak bersyukur memiliki tinggi tingkat emosi positifnya, lebih waspada, hidup, dan terjaga, lebih bersukacita dan senang juga lebih optimis dan mudah bahagia.
  3. Secara sosial; ia lebih mudah membantu, murah hati, dan penuh kasih pada orang lain dan sedikit memiliki rasa kurang kesepian dan terisolasi.

Ada lagi manfaat bersyukur. Sebuah penelitian yang dilakukan Michael McCullough dan Jo-Ann Tsang telah menyarankan bahwa:

 orang yang memiliki tingkat rasa syukur memiliki tingkat rendah menyangkut perasaan benci dan iri hati.

Begitulah. Jika dari pandangan psikologis kita merasa semangat, bagaimana dengan pandangan agama.

Nyawa kita sudah ada yang memegang. Dia bisa mengambilnya kapan saja. Sementara sampai detik ini, masih diberikan kesempurnaan. Setidaknya, kita masih ada umur untuk lebih memaknai hidup

Turunkanlah rasa terlalu bangga dan memiliki Dunia. Yang wajar-wajar saja mengekspresikan kenikmatan yang kita punya.

Seringlah melihat ke sekitar. Dimana banyak anak kecil yang tangannya penuh dengan lebam biru akibat bekas infusan, keluarga inti yang malam mingguan di temani gerobaknya, mereka yang memiliki kekurangan fisik namun semangat dalam beribadah.

“Syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan melalui lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi nikmat. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah? -Ibnul Qoyyim

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Must Read