BerandaTeknologiHiburan‘Illegal Fishing’, Akar Sisi Gelap Pelanggaran HAM Di Kapal Neraka

‘Illegal Fishing’, Akar Sisi Gelap Pelanggaran HAM Di Kapal Neraka

Indonesia yang membentang luas sepanjang 7,81 juta KM2 menjadikannya sebagai negara dengan kekayaan sumber daya alamnya yang melimpah, khususnya sektor perikanan. Hal ini tentunya menjadi daya tarik tersendiri bagi negara asing untuk melakukan tindakan terhadap kekayaan bahari Indonesia. Salah satunya ‘illegal fishing’.

Pencurian ikan secara ilegal ini mereka lakukan dengan cara bersembunyi di negara tetangga tujuannya agar memudahkan akses kapal-kapal mereka sebelum masuk ke Indonesia. Berbagai upaya pun mereka rencanakan, seperti mengubah dokumen asli kapal, memalsukan nama awak kapal, hingga mengganti bendera ketika memasuki wilayah perairan Indonesia.

Selain merugikan dari sektor kekayaan bahari, jika ditarik lebih jauh, sebetulnya tindakan illegal fishing ini telah menjadi akar dari berbagai sisi gelap rentetan kasus yang terjadi di Indonesia. Salah satunya yang menjadi sorotan adalah perbudakan.

Kasus ini yang membuat jurnalis asal Amerika Serikat, Shannon Service melakukan investigasi tentang perbudakan yang terjadi tersebut. Dalam perjuangannya ia melakukan bersama Patima, perempuan Thailand yang bekerja sebagai pengelola lembaga swadaya untuk membantu para nelayan yang berhasil lolos dari perbudakan di laut.

Meski dalam perjalanannya mereka mendapat kesulitan untuk menemukan para korban perbudakan yang berhasil lolos, pasalnya sebagian korban yang berhasil kabur mereka melarikan diri ke hutan dan pegunungan. Sebagian dari mereka yang masih hidup sudah tak mengenali bahasa asal mereka, dan pula yang sudah memiliki keluarga di Indoensia. Adapun dari korban yang telah meninggal, mereka dimakamkan dengan nama palsu mereka.

Kisah perjuangan mereka ini yang telah memotivasi jurnalis asal Amerika tersebut untuk menggarap film dokumenter “The Ghost Fleet”, pada 2012 lalu. Hingga akhirnya film ini dirilis pada 2018.

Meski film berdurasi sekitar 90 menit ini tidak menyinggung langsung terhadap pemerintah Indonesia, melainkan hanya meliput sisi para pekerja yang sebagai korban. Namun, tentu saja film ini telah membuka mata berbagai pihak bahwa hingga saat ini praktek perbudakan di atas kapal masih sering dijumpai.

Bahkan film dokumenter ini pun telah meraih berbagai penghargaan di antaranya, yaitu Toronto international Festival 2018, Official Selection Telloride Film Festival 2018, Hamptons International Film Festival, dan masih banyak lagi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Must Read