BerandaUmumIni Dia, 7 Pahlawan Nasional yang Ternyata Seorang Guru

Ini Dia, 7 Pahlawan Nasional yang Ternyata Seorang Guru

Tepat pada 25 November, Indonesia memperingati Hari Guru Nasional. Hari guru nasioanl juga bertepatan dengan berdirinya PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia). Peringatan hari guru nasional ini adalah wujud penghormatan terhadap guru. Guru dianggap sebagai pahlawan di dunia pendidikan. Ternyata ada beberapa pahlawan nasional yang berprofesi sebagai guru. Para pahlawan ini membantu memberantas kebodohan dan kemiskinan masyarakat Indonesia, yang manfaatnya masih bisa dirasakan sampai sekarang. Siapa saja mereka?

  • Jenderal Sudirman

Panglima pertama di Indonesia ini ternyata pernah menjadi seorang guru, tepatnya di salah satu organisasi Islam terbesar yaitu Muhammadiyah. Jenderal Sudirman pernha menjadi seorang guru dan menjadi Kepala HIS(Hollandsch-Inlandsche School)Muhammadiyah Cilacap. HIS sendiri adalah sekolah Belanda untuk bumiputra yang berdiri pada zaman penjajahan Belanda. Sekolah ini didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada 1902 untuk pendidikan sekolah dasar atau volkschool.

Selain itu, Jenderal Sudirman ini juga aktif dalam salah satu organisasi otonom dari Muhammadiyah yaitu Hizbul Wathan, yang bertujuan untuk mempersiapkan kader-kader yang berdisiplin tinggi dan tegas dalam mengambil sikap.

  • Ki Hadjar Dewantara

Pahlawan nasional ini memang dikenal sebagai pahlawan yang bergerak di bidang pendidikan. Bahkan, hari kelahirannya ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Ki Hadjar Dewantara memulai pergerakannya dalam dunia pendidikan dengan mendirikan Taman Siswa. Tujuan mendirikan Taman Siswa adalah memberikan hak pendidikan yang sama kepada rakyat pribumi, dengan kaum bangsawan dan Belanda. Hal ini disebabkan,  pendidikan hanya dirasakan dan menjadi hak kaum bangsawan dan Belanda.

  • KH Ahmad Dahlan

KH Ahmad Dahlan adalah pendiri salah satu organisasi Islam terbesar, Muhammadiyah. Ia adalah seorang ulama dan pahlawan nasional. Ia dikenal juga karena jasa-jasanya tentang keIslaman yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan keikhlasan beramal bagi masyarakat luas. Sampai saat ini, Muhammadiyah memiliki banyak sekali sekolah, baik dari tingkat pendidikan dasar sampai perkuliahan.

  • KH Hasyim Asy’ari

Pendiri salah satu organisasi Islam terbesar, Nahdlathul Ulama (NU) merupakan seorang ulama dan pahlawan nasional. Ia mengajarkan ilmu agama dan menanamkan jiwa nasionalisme kepada murid-muridnya di pesantren yang ia dirikan, Pesantren Tebu Ireng, di Jombang, Jawa Timur. NU juga sampai saat ini memiliki sekolah, dari pendidikan tingkat dasar sampai perkuliahan.

  • Oemar Said Tjokroaminoto

Haji Oemar Said Tjokroaminoto, atau sering disebut HOS Tjokroaminoto adalah seorang ulama pendiri Sarekat Islam dan seorang guru besar yang menghasilkan tokoh-tokoh dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia seperti  Semaoen, Alimin, Soekarno, Kartosuwiryo, dan Tan Malaka.

Secara politik,  Sarekat Islam pimpinan Tjokroaminoto adalah pelopor dari pergerakan nasional untuk menuju kemerdekaan.

  • R.A. Kartini

Salah satu tokoh pejuang wanita ini juga berperan aktif dalam pendidikan di Indonesia. Kartini aktif mengajarkan membaca, menulis, dan keseniak lokal seperti menjahit dan membatik. Ia mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka. Pada tahun 1912, sebuah keluarga Belanda, yaitu Keluarga Van Deventer mendirikan sekolah wanita di bawah Yayasan Kartini di Semarang. Sekolah ini kemudian diberi nama Sekolah Kartini dan membuka cabang di daerah lain seperti Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, dan Cirebon.

  • Raden Dewi Sartika

Pejuang emansipasi wanita lainnya adalah Dewi Sartika. Pahlawan nasional ini sejak kecil, sudah menunjukkan kecintaannya akan mengajar. Karena ia mengeyam pendidikan di sekolah Belanda, Dewi Sartika mengajarkan teman-temannya membaca, menulis, dan bahasa Belanda yang ia lakukan sambil bermain. Ia menggunakan alat-alat sederhana seperti papan, arang, dan pecahan genting untuk alat bantu mengajar.

Dewi Sartika sendiri memiliki keinginan besar untuk memajukan pendidikan bagi perempuan, yang saat itu masih dijajah oleh adat dan tradisi yang mewajibkan perempuan hanya boleh berdiam diri di dalam rumah. Ia mendirikan Sakola Istri atau Sakola Kautamaan Istri.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Must Read